MENATA RUANG KELAS SECARA KOLABORATIF
Oleh Tatang Sunendar
Ruang kelas merupakan rumah kedua bagi siswa di sekolah. Ruang kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja siswa, kursi siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris ruangan lainnya yang sesuai. Karena merupakan rumah kedua, maka ruang kelas harus dibuat nyaman dan menyenangkan bagi siswa.
Adalah Profesor Peter Bareet dalam bukunya tentang clever classrooms yang menyatakan lingkungan fisik kelas dapat mempengaruhi hingga enam belas (16) persen peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu proses belajar mengajar (PBM) yang efektif akan optimal jika menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal melalui penataan ruangan kelas.
Masih menurut Bareet jangan biarkan ruang kelas yang kosong karena tidak menstimulasi siswa belajar, namun sebaliknya juga tidak terlalu penuh karena jika ruang kelas penuh hiasan dan pajangan akan membuat siswa kurang fokus dalam belajar. Bareet merekomendasikan hiasan kelas tidak lebih dari 50 persen dari dinding ruang kelas.
Sedangkan manfaat penataan ruang kelas antara lain 1) Meningkatkan semangat belajar siswa, dengan kelas yang tertata dan terdapat gambar atau media yang mensitulimasi belajar akan mendorong siswa lebih giat belajar. 2) Siswa semakin kompak karena akan senatiasa menciptakan ruangan kelas yang rapih dan nyaman sehingga seluruh siswa akan merawat ruang kelas secara bersama sama. 3) Akan menjadi inspirasi bagi kelas lain untuk berlomba-lomba dalam menata ruang kelas.
Melakukan penataan ruang kelas membutuhkan biaya tidak sedikit, di samping harus mengecat ulang dinding kelas juga harus mempersiapkan asoseris untuk yang akan dipasang kelas. Jika biaya tersebut dibebankan ke sekolah dari dana BOS akan mengurasi biaya lain yang lebih urgen, sedang jika memungut biaya akan berhadapan dengan Saber Pungli. Bagaimana cara sekolah menciptakan ruang kelas yang optimal? Salah satu kunci utama adalah melalui kolaborasi untuk menata ruang kelas. Dalam pembahasan ini, kita akan membahas pentingnya kolaborasi dalam konteks pengaturan ruang kelas dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Sebuah praktek baik dalam penataan ruang kelas secara kolaboratif telah dilakukan oleh kepala sekolah penggerak SDN 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis sebagaimana dipresentasikan oleh gurunya saat semarak karya, ruang kelas yang awal kosong berkat kerja kolaboratif dengan orang tua siswa menjadi ruang kelas yang berwarna warni, ruang kelas dihias dengan kalimat-kalimat motivasi, pojok literasi dan numerasi tersedia, semua dilakukan oleh orang tua sedang sekolah hanya mengarahkan terkait konten yang harus ada. “Untuk sekolah kecil yang berada di daerah kerja kolaboratif ini sungguh luarbiasa dan motivasi siswa dan guru pun semakin meningkat,” imbuhnya,
Untuk menumbuhkan kerja kolaboratoitf antara sekolah dan orang tua siswa bukan suatu pekerjaan yang ringan namun membutuhkan upaya serius untuk menciptakan sinergisitas di antaranya sebagai berikut:
Pertama mengidentifikasi kebutuhan Bersama. Kolaborasi dimulai dengan pemahaman bersama akan kebutuhan saat siswa belajar, guru, kepala sekolah perlu berdiskusi dengan orang tua siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam konteks pembelajaran. Apakah mereka membutuhkan ruang kelas nyaman ataukah siswa memerlukan lingkungan tenang dan menarik.
Kedua merancang dekorasi ruang kelas, merancang ruang kelas yang nyaman dan menarik. Kolaborasi diakukan untuk menciptakan lingkungan fisik yang mendukung proses belajar-mengajar. Pemilihan meja dan kursi yang dapat ditata dan disusun ulang dengan mudah, merancang dekorasi, pojok lierasi dan numerasi serta materi materi yang cocok sesuai dengan tingkatan kelas.
Ketiga pembagian tugas dan tanggung jawab. Setelah merancang ruang kelas, langkah selanjutnya adalah membagi tugas dan tanggung jawab di antara orang tua dan guru dan kepala sekolah. Pada tahap ini, kolaborasi menjadi kunci utama. Misalnya, guru dapat bertanggung jawab untuk merancang dan menyusun materi, konten literasi dan numerasi, sementara orang tua fokus pada membangun lingkungan yang mendukung kreativitas dan kolaborasi. Pembagian tugas ini memastikan bahwa semua aspek dapat tercakup dengan baik.
Pentingnya menciptakan budaya kolaboratif di antara guru, siswa, dan orang tua dapat dilakukan melalui pertemuan rutin untuk berbagi dalam melakukan penataan ruang kelas dan kolaborasi dalam menata kelas bukan upaya sekali jalan. Untuk itu penting secara teratur mengevaluasi efektivitas kerja kolabotif yang digunakan, mengumpulkan umpan balik dari siswa dan orang tua, melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan. Proses ini untuk memastikan bahwa lingkungan pembelajaran terus berkembang dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan sekolah.
Kerja kolaboratif orang tua dan sekolah merupakan implementasi pengembangan manajemen sekolah berbasis aset, khususnya dalam poin modal finansial karena dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas dapat digunakan untuk membiayai PBM, karena dengan kolaboratif ini sekolah akan terhindar dari motif untuk menyalahgunakan wewenang serta motif ekonomi lainnya, karena dengan kolaboratif pihak sekolah hanya merancang isi yang terkait dengan materi yang harus ada sedangkan proses pembuatan dan pengadaan barang dilaksanakan oleh orang tua siswa itu sendiri.
Kolaborasi dalam menata ruang kelas menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal. Dengan mengidentifikasi kebutuhan bersama, merancang ruang yang fleksibel, dan mengaktifkan partisipasi orang tua siswa, sekolah dapat membentuk budaya pembelajaran kolaborasi dan inovasi. Dengan melibatkan orang tua siswa, sekolah dapat memastikan bahwa ruang kelas tidak hanya menjadi tempat transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi wadah untuk pertumbuhan dan pengembangan pribadi siswa yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila dapat dilakukan secara optimal… semoga.